18 April 2019
By
Oemah Etnik
Tiara Pangestika
It’s time for women to break the stigma and empower each other.

Di balik kesuksesan 5 bisnis yang ia jalani, siapa sangka, passion dan cita-cita terbesar Tiara Pangestika adalah berkarier di bidang hukum.
“Goals gue di bidang karier adalah gue pengen banget kerja di bidang hukum, jadi lawyer atau notaris. Tapi semua berubah setelah gue menikah. Gue punya suami yang kerja di bidang creativepreneur dan dia suka explore dan bangun bisnis. Dari situ gue mikir, supaya kita punya quality time yang lebih banyak berdua, gimana kalo gue ikut full time jadi creativepreneur untuk support dia juga?” jawabnya ketika ditanya cerita dibalik terbentuknya bisnis-bisnis yang sedang ia jalani, yang mana juga menjawab pertanyaan tentang keputusan terbesar apa yang pernah ia ambil, “Gue adalah tipe orang yang ter-planning. Dari SMP/SMA gue selalu pengen kerja di dunia hukum, karena orang tua gue seperti itu. Cuma sekarang setelah menikah banyak banget yang harus di-adjust, akhirnya gue harus memilih; gue tetep di bidang hukum dengan konsekuensi bakal jarang ketemu dengan suami, atau gue ikut sama suami dan gue support dia di lini-lini bisnisnya. Itu menurut gue keputusan yang lumayan berat karena lo harus mengeyampingkan mimpi lo dari kecil. To lower down your ego untuk men-support orang yang lo sayang.”
Menjadi seorang perempuan yang aktif berbisnis, memimpi banyak sekali karyawan dengan tantangan yang berbeda-beda di tiap brand-nya, membuat Tipang, begitu ia disapa, mengakui beberapa kekurangan dan kelebihannya sebagai perempuan. “Mungkin kalau kekurangannya nggak bisa dikaitkan dengan fakta bahwa gue perempuan. Tapi ada satu yang sering diucapkan sama orang lain. Misalnya saat meeting, mungkin karena orang-orang lebih sering ngeliat gue di Youtube Channel Arief, dimana gue selalu keliatan playful dan nggak bisa serius, orang cenderung underestimate. Makanya saat gue ajak meeting, biasanya mereka akan bilang, ‘Oh gue nggak nyangka ternyata lo bisa ngurus ginian. Kepikiran ide-ide gini.’” terlepas dari itu, Tipang mengaku justru sifat perempuan bisa lebih menguntungkan dalam berbisnis. Menurutnya, perempuan punya sifat yang lebih peka, secara insting juga baik. “Kepekaan itu kalau ditempatkan di tempat yang benar, bisa jadi nilai plus yang sangat amat bagus!”

Dari 5 bisnis, dan aktifnya Tipang di dunia sosial media, tentu tidak mudah untuk menyeimbangkan dengan kehidupan rumah tangganya. “Gue selalu ingetin ke diri sendiri priortias gue itu apa, tujuan utama gue apa. Tujuan utama gue pengen nyemplung di dunia creativepreneur salah satunya adalah pengen men-support suami dan punya quality time lebih sama dia. Jadi, kalau misalnya dengan adanya kerjaan-kerjaan ini malah bikin gue malah jadi ke distract, atau suami jadi ngga keurus, berarti prioritasnya udah salah. I always keep in mind that my top priority is my family.”
Tidak dipungkiri, Tipang dihadapkan dengan banyak sekali permasalahan dan dituntut untuk menyelesaikan dengan kepala dingin. Banyak waktu itu merasa tidak semangat dan putus asa. Dikala itulah satu hal ini membuatnya bangkit kembali, “Kalo gue lagi nggak semangat, mentalnya jatoh, putus asa, energi itu pasti kena ke pegawai-pegawai gue. Gue nggak mau mereka sampe ngerasa vibe negatif kayak gitu karena kalo leader-nya aja nggak semangat, gimana anak buahnya mau semangat? Gue harus jadi contoh yang baik buat mereka karena gue adalah bench mark mereka.”
Ketika ditanya daily routine, Tipang tertawa sambil berkata bahwa sebetulnya kebiasaannya sehari-hari ini sebaiknya tidak ditiru, “Otak gue optimal buat berpikir dan bekerja dimulai dari jam 1 dini hari, sampai jam 3 subuh. Sayang banget kalau dipake tidur. Jadi biasanya jam-jam itu gue pake untuk mikir, problem solving, nyari ide, dan lainnya. Inspirasipun biasanya baru keluar jam segitu. Lalu, subuh tidur dan bangun jam 9 pagi untuk nyiapin makan dan baju suami. Jam 11 gue biasanya ke kantor dan daily routine gue setiap hari berubah karena kantornya macem-macem; ada Cakekinian (setiap Senin), Billionaire’s Project (setiap Selasa), pekerjaan digital lainnya (setiap Jumat), dan hari Sabtu dan Minggu biasanya wakut bareng suami.”

Kebahagiaan tertinggi menurut Tipang adalah ketika seseorang sudah tidak butuh validasi orang lain lagi untuk merasakan bahagia. “Lo nggak perlu orang lain untuk validasi apakah lo udah sukses, udah cukup cantik atau belom, badan lo udah cukup bagus atau belom, apakah lo udah kaya banget atau belom, pinter atau nggak. Lo gak butuh validasi itu, karena lo udah merasa diri lo cukup. Lo udah happy from within.”
Terakhir, sebuah kata-kata bijak untuk perempuan, siapapun dia dan apapun yang dia lakukan: just do your best. “Ini tuh udah waktunya untuk kita nggak usah saling sikut-sikutan. Membandingkan mana yang lebih bagus; berkarier atau di rumah. Kita nggak perlu sikut-sikutan untuk nonjolin mana yang lebih bagus. Kita harus break the stigma: selama ini perempuan kantoran dianggap alpha, tapi beberapa orang menganggap itu egois yang artinya lo lebih mementingkan karier dibanding keluarga lo sendiiri. Lalu kalo ibu rumah tangga stigmanya adalah ‘enak banget hidupnya di rumah doang’. Kita harus stop stigma itu dan empower satu sama lain. Setiap orang pilihan hidupnya berbeda, prioritasnya berbeda, yang mana lo yakin itu terbaik jalanin aja.”